Penemu World Wide Web (WWW), Berkarya Tanpa Pamrih

Muhammad Fathiyakan Ramadhan
5 min readOct 1, 2018

--

Zaman sekarang internet dimana-mana, bahkan internet telah menjadi kebutuhan kita sehari-hari yang tidak bisa lepas sedikit pun dari kegiatan-kegiatan itu dari transportasi, keuangan, hingga masalah makanan. Perusahan-perusahan dengan terobosan baru pun bermunculan, Facebook, Google, Youtube, Amazon, Tokopedia, Gojek, dan perusahaan internet lainnya. Bisnis lama yang tidak menggunakan teknologi internet ini pun lambat laun semakin tenggelam dan akhirnya kalah bersaing dengan perusahan-perusahan berteknologi internet tersebut.

Contohnya nyata saja yang ada di Indonesia, seperti Blue Bird, taksi biru yang ada dimana-mana, dengan aset fisik milyaran, dikalahkan oleh Perusahaan Transportasi online seperti Go-Jek yang umurnya pun masih kurang dari 10 tahun. Kemudian mal-mal yang tersebar dimana-mana, dibangun dengan megahnya pun mulai berjatuhan oleh Marketplace seperti Tokopedia dan Amazon. Perusahaan Televisi yang dibangun selama bertahun-tahun pun mulai digoyahkan oleh Media Video online seperti Youtube. Bahkan, perusahaan-perusahaan iklan offline yang ada dimana-mana berjatuhan karena adanya media sosial yang menawarkan biaya iklan murah seperti Facebook. Perusahaan-perusahaan lama yang tidak mampu menerapkan teknologi internet ini akhirnya akan punah jika tidak segera berinovasi dan meninggalkan budaya lama.

Namun, tahukah anda bahwa sebelum tahun 1989, internet hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu apalagi digunakan untuk berbagi informasi secara luas. Hingga suatu hari, seseorang yang bekerja sebagai ilmuwan di pusat Organisasi Penelitian Nuklir Eropa (CERN), menyadari masalh tersebut ia bersama pencipta mouse, Vannevar Bush, mulai membangun solusi masalah tersebut. Ia mulai merancang Hypertext Transfer Protocol (HTTP) untuk mengatur bagaimana informasi bisa disalurkan dari satu komputer ke komputer lainnya. Ia pun membuat Hyper Text Markup Languange (HTML), fondasi dari halaman website hingga akhirnya ia membuat browser web untuk pertama kalinya yang bernama World Wide Web (WWW).

Tanpa ada WWW, tidak akan ada perusahan-perusahan internet besar sekarang. Tidak akan ada Facebook, Google, Tokopedia, Gojek, dan perusahan berbasis internet lainnya. Namun, karyanya yang terkenal lantas tidak membuat namnya dikenal banyak orang walaupun tanpa disadari oleh kita, karyanya digunakan oleh semua orang di seluruh dunia.

Siapakah sang penemu WWW tersebut?

Ia bernama Timothy John Berners-Lee, lahir di London, Inggris, 8 Juni. Ia merupakan lulusan Universitas Queen di Oxford University, Inggris, 1976. Ia juga merupakan ketua World Wide Web Consortium, yang mengatur perkembangannya.

Kemudian muncul sebuah pertanyaan, sekaya apakah dia, yang karya pun menjadi dasar bagi perusahaan sebesar Google bahkan digunakan oleh semua orang?

Kendati diakui sebagai penemu World Wide Web, Berners Lee tidak seberuntung Bill Gates yang kaya raya lewat Microsoft. Kehidupannya tidak bergelimang harta. Pasalnya, ia itu tak pernah mempatenkan temuannya. Hal itu ia lakukan agar World Wide Web tetap bisa diakses oleh siapapun.

Apa yang dilakukannya sekarang?

Ketika Silicon Valley mulai menggunakan aplikasi berbagi tunggangan dan jejaring media sosial tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, Berners-Lee telah menghabiskan tiga dekade terakhir dengan memikirkan hal-hal kecil lainnya. Sejak awal, pada kenyataannya, Berners-Lee mengerti bagaimana kekuatan epik dari Web akan secara radikal mengubah pemerintah, bisnis, masyarakat. Dia juga membayangkan bahwa penemuannya bisa, di tangan yang salah, menjadi perusak dunia, seperti yang pernah diamati oleh Robert Oppenheimer tentang ciptaannya sendiri. Nubuatannya hidup kembali, baru-baru ini, ketika wahyu-wahyu muncul bahwa peretas Rusia mengganggu pemilihan presiden 2016, atau ketika Facebook mengaku memaparkan data pada lebih dari 80 juta pengguna ke sebuah firma riset politik, Cambridge Analytica, yang bekerja untuk kampanye Donald Trump . Episode ini adalah yang terbaru dalam sebuah narasi yang semakin mengerikan. Pada 2012, Facebook melakukan eksperimen psikologis rahasia pada hampir 700.000 pengguna. Baik Google dan Amazon telah mengajukan aplikasi paten untuk perangkat yang dirancang untuk mendengarkan perubahan suasana hati dan emosi dalam suara manusia.

Idenya sederhana: mendesentralisasi ulang Web. Bekerja dengan tim pengembang kecil, ia menghabiskan sebagian besar waktunya sekarang di Solid, sebuah platform yang dirancang untuk memberikan individu, bukan perusahaan, kontrol atas data mereka sendiri. “Ada orang yang bekerja di lab mencoba membayangkan bagaimana Web bisa berbeda. Bagaimana masyarakat di Web dapat terlihat berbeda. Apa yang bisa terjadi jika kita memberi orang privasi dan kita memberi orang kontrol data mereka, ”kata Berners-Lee kepada saya. “Kami sedang membangun sistem eko-keseluruhan.”

Berners-Lee bukanlah pemimpin revolusi ini — menurut definisi, Web yang terdesentralisasi seharusnya tidak memilikinya — tetapi dia adalah senjata ampuh dalam pertarungan. Dan dia sepenuhnya mengakui bahwa mendesentralisasi ulang Web akan menjadi jauh lebih sulit daripada menciptakannya di tempat pertama. “Ketika Web diciptakan, tidak ada orang di sana, tidak ada pihak yang akan menolak,” kata Brad Burnham, mitra di Union Square Ventures, perusahaan modal ventura terkenal, yang telah mulai berinvestasi di perusahaan yang bertujuan untuk mendesentralisasikan Web. “Ada kepentingan yang mengakar dan sangat kaya yang diuntungkan dari menjaga keseimbangan kendali yang menguntungkan mereka.” Miliaran dolar dipertaruhkan di sini: Amazon, Google, dan Facebook tidak akan menyerahkan keuntungan mereka tanpa perlawanan. Dalam tiga bulan pertama tahun 2018, bahkan ketika CEO-nya meminta maaf karena membocorkan data pengguna, Facebook menghasilkan $ 11,97 miliar. Google menghasilkan $ 31 miliar.

Kekuatan yang dilepaskan Berners-Lee hampir tiga dekade lalu semakin cepat, bergerak dengan cara yang tidak dapat diprediksi sepenuhnya oleh siapa pun. Dan sekarang, ketika separuh dunia bergabung dengan Web, kita berada di titik perubahan masyarakat: Apakah kita menuju masa depan Orwellian di mana segelintir perusahaan memantau dan mengendalikan hidup kita? Atau apakah kita hampir menciptakan versi online masyarakat yang lebih baik, di mana aliran ide dan informasi yang bebas membantu menyembuhkan penyakit, mengekspos korupsi, membalik ketidakadilan?

Ketika ditanya apa yang orang biasa dapat lakukan, Berners-Lee menjawab, “Anda tidak harus memiliki keterampilan pengkodean apa pun. Anda hanya harus memiliki hati untuk cukup memutuskan sudah cukup. Keluarlah dari Magic Marker dan papan dan sapu terbang Anda. Dan pergilah di jalanan. ”Dengan kata lain, inilah saatnya untuk bangkit melawan mesin.

--

--

Muhammad Fathiyakan Ramadhan
Muhammad Fathiyakan Ramadhan

Written by Muhammad Fathiyakan Ramadhan

Startup and business professional with 4 years experience on Agile and Lean Startup Innovation. Also a former co-founder of a startup for 2 years and joined in

No responses yet